LAPORAN
RESMI PERJALANAN DINAS
DALAM RANGKA
PENGAWASAN INDUSTRIALISASI PERIKANAN
JAMBI, 22
S/D 25 OKTOBER 2012
I.
PENDAHULUAN
Kota Jambi merupakan salah satu wilayah yang diunggulkan
dalam produksi ikan patin untuk memenuhi permintaan ikan patin di kawasan
Sumatera, Jawa dan kepulauan di sekitarnya. Produktivitas ikan patin cukup
tinggi namun belum terlalu besar kuantitas pasokan ikan patin Jambi yang
beredar di pasaran. Dalam upaya untuk
mendukung industrialisasi perikanan, maka dilaksanakan pengawasan
industrialisasi perikanan ikan patin di Kota Jambi dan sekitarnya pada tanggal
22 s/d 25 Oktober 2012.
II.
TUJUAN
a.
Memantau kegiatan
perikanan di lokasi industri perikanan terpilih dari pencemaran perairan yang
dapat membahayakan kegiatan perikanan dan lingkungan perairan di sekitarnya;
b.
Mengetahui kondisi
perairan di sekitar usaha perikanan.
III.
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Tim pengawasan
industrialisasi perikanan bersama-sama dengan Kasi Pengawasan Dinas Kelautan
dan Perikanan Propinsi Jambi Bpk. Dodi Febri dan staf meninjau Kelompok Pembudidayaan
Ikan (POKDAKAN) Tunas Baru di Kab. Muaro Jambi yang memiliki usaha mandiri
tambak ikan patin. Menurut Ketua Pokdakan Bpk Timan, Kelompok Masyarakat
Pengawas ini ada 6 sub kelompok senior dan 3 sub kelompok pemula dengan anggota
kelompok berasal dari warga sekitar;
2. Kegiatan
pembudidayaan difokuskan pada ikan patin dan sejak tahun 2008 usaha
pembudidayaan ikan patin diperluas lagi hingga pengolahan ikan patin berupa
kerupuk ikan patin dan abon ikan patin;
3. Sebagai Pokdakan di
wilayah Kab. Muaro Jambi, Tunas Baru merupakan pioneer kegiatan budidaya ikan
di Kab. Muaro Jambi sekaligus di propinsi Jambi. Dengan kuantitas produksi tahun
2012 paling besar berasal dari budidaya kolam sebesar 2207,5 ton dengan nilai
Rp. 23.178.750,-
4. Secara keseluruhan kegiatan
produksi ikan patin terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun
2011.
5. Masalah yang
dihadapi oleh Pokdakan Tunas Baru adalah pada pemasaran produk olahan ikan
patin. Hingga saat ini diversifikasi produk olahan ikan patin berupa kerupuk
ikan dan abon ikan, namun dengan penyerapan produk patin sebesar 4 ton/hari
tiap periode pengolahan belum mampu menyerap seluruh produk patin yang mancapai
8 ton/hari pada masa panen, media pemasaran yang digunakan yaitu iklan di web
gratis dan pemasaran di pameran produk perikanan, namun masih belum memadai;
6. Pokdakan Tunas Baru
telah memperhatikan dengan baik masalah pengairan kolam patin, air sumber yang
dipergunakan untuk kegiatan budidaya berasal dari air tanah, sedangkan air
buangan budidaya dialirkan ke sungai pada masa panen, namun tanpa treatmen
apapun, sehingga Tim melakukan pengukuran parameter pH di lapangan dan
mengambil sampel air dengan posisi di S 01o35’40.3”
E 103o32’55.9” dan S 01o35’39.2” E 103o32’56.6”
untuk diuji di laboratorium guna mengetahui kualitas air
yang digunakan untuk kegiatan budidaya;
7.
Profil pembudidaya
ikan patin lainnya adalah bpk. Yuslim yang berlokasi di Kab. Buluran, Kota
Jambi. Kondisi kolam ikan patin pak Yuslim masih jauh dari CPIB (Cara
Pembudidayaan Ikan yang Baik), warna air kolam keruh kehijauan, berbau serta
terdapat beberapa ikan patin yang mati dan mengambang pada kolam;
8.
Dari hasil
pengukuran pH di lapangan, diketahui kadar asam basa air kolam adalah 8, masih
dalam batas baku mutu air budidaya ikan patin sesuai SNI 7551:2009, sehingga
diambil sampel air pada posisi S 01o33’30.3”
E 103o40’53.1” untuk diujikan
di laboratorium BLHD Propinsi Jambi;
9. Kunjungan lapang
juga dilakukan di Depo Pelayanan Fasilitas Pemasaran Ikan Pembudidaya Ikan Air
Tawar. Pelayanan yang diberikan berupa benih ikan siap untuk pembesaran, ikan
siap konsumsi dan konsultasi budidaya ikan gratis ke masyarakat petani. Namun
untuk tahun 2013 fokus budidaya ikan konsumsi akan dialihkan ke ikan hias untuk
mengurangi persaingan dengan pembudidaya ikan konsumsi.
IV.
KESIMPULAN
Kegiatan budidaya ikan patin di Kota Jambi sangat menjanjikan
jika dilihat dari hasil produksi patin selama kurun waktu 6 tahun terakhir
(Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jambi), namun masih mengalami
kendala pada pemasaran ikan patin yang belum optimal. Dari dua sampel
pembudidaya ikan patin di lapangan diketahui masiha ada petambak yang belum
memperhatikan kualitas air kolam budidaya yang berpengaruh pada kualitas ikan,
yang tentunya berpengaruh pula terhadap harga ikan di pasaran dan tingkat
popularitas ikan di pasaran.
V.
SARAN
1.
Melihat kasus yang
ditemukan di lapangan berupa kematian ikan di kolam budidaya, maka diupayakan
ada kerjasama antara Ditjen Budidaya, Ditjen Pengawasan SDKP dan memberdayakan
pokdakan setempat mengenai CPIB (Cara Pembudidayaan Ikan yang Baik) kepada
petambak yang kolam budidayanya kurang sehat;
2. Adanya upaya
pembinaan dari Ditjen P2HP untuk mengatasi masalah keterbatasan pemasaran
produk olahan ikan patin.
Firdaus …..
Yoki
Jiliansyah …..
Anita
Ratna Dewi K …..
Wahyu
Pramudiana …..